Market Review, Senin 11 September 2023
Author : Rifan Financindo Berjangka in Berita
Nikkei
Saham-saham blue chip Tokyo melemah pada hari Senin (11/9), didorong oleh apresiasi yen dan kenaikan imbal hasil obligasi Jepang.
Indeks acuan Nikkei 225 turun 0,43%, atau 139,08 poin, menjadi 32.467,76, sedangkan indeks Topix yang lebih luas naik tipis 0,06%, atau 1,46 poin, menjadi 2.360,48 .
Hang Seng
Saham Hong Kong berakhir di wilayah negatif pada hari Senin (11/9) karena para pedagang mengalihkan fokus mereka ke rilis data inflasi AS pada akhir minggu ini.
Indeks Hang Seng tergelincir 0,58 persen atau 105,62 poin menjadi 18.096,45.
Indeks Shanghai Composite naik 0,84 persen atau 26,06 poin menjadi 3.142,78, sedangkan Indeks Shenzhen Composite di bursa kedua Tiongkok bertambah 0,90 persen atau 17,37 poin menjadi 1.952,91.
Emas
Harga kontrak berjangka emas berakhir naik pada hari Senin (11/9) untuk sesi kedua beruntun, didukung oleh pelemahan dolar AS. Para investor sedang menanti data CPI (Indeks Harga Konsumen) AS yang akan dirilis pada hari Rabu, karena data tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai keputusan suku bunga Federal Reserve nanti dalam bulan ini.
"Emas bisa menghadapi momen penentu minggu ini, yang berarti aksi harga bisa keluar dari kisaran $1.940 hingga $1.980," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Emas berjangka untuk pengiriman bulan Desember naik sebesar $4,50, atau 0,2%, untuk ditutup pada $1.947,20 per ons di Comex.
Minyak
Harga minyak mengalami penurunan sedikit pada hari Senin (11/9), setelah mengalami kenaikan lebih dari 2% minggu lalu.
Meskipun kekhawatiran mengenai permintaan tetap menjadi "risiko penurunan utama" bagi harga minyak, kondisi fundamental saat ini masih kekurangan pasokan, seperti yang terlihat dari penurunan besar dalam stok minyak mentah komersial AS dalam beberapa minggu terakhir," kata Robbie Fraser, manajer Global Research & Analytics di Schneider Electric.
Minyak mentah West Texas Intermediate bulan Oktober turun 22 sen, atau hampir 0,3%, untuk ditutup pada $87,29 per barel di New York Mercantile Exchange setelah sempat mencapai $88,15, level intraday tertinggi untuk kontrak depan sepanjang tahun ini.