Harga minyak turun karena hambatan dari penguatan dolar AS dan nada risk-off yang lebih luas mengimbangi kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, termasuk serangan lanjutan terhadap kapal-kapal di Laut Merah oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah $72 per barel setelah berakhir sedikit lebih rendah pada hari Selasa, dengan patokan global Brent sedikit di atas $78. Mata uang AS mencatatkan lonjakan satu hari terbesar sejak Maret tahun lalu pada hari Selasa karena para pedagang mengkalibrasi ulang ekspektasi kapan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga. Hal ini membuat komoditas kurang menarik bagi pembeli luar negeri.

Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah masih menjadi fokus. Militan Houthi di Yaman masih mengancam pengiriman kapal di jalur perairan penting di lepas pantai mereka meskipun ada serangan militer dari AS dan Inggris. Ada kekhawatiran perang Hamas-Israel akan meluas ke luar Gaza, berpotensi menarik Iran secara langsung dan membahayakan pasokan minyak mentah dari wilayah yang menyumbang sekitar sepertiga produksi global.

Harga minyak dibatasi pada kisaran sempit sejak awal tahun ini, karena krisis di Timur Tengah sejauh ini belum berdampak langsung pada produksi fisik. Para pedagang akan mendapatkan petunjuk ganda mengenai prospek pada Rabu nanti ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) merilis penilaian pasar bulanannya, dan kelompok industri AS mengeluarkan perkiraan stok minyak mentah lokal pada saat cuaca dingin telah menghambat produksi.

WTI untuk pengiriman Februari turun 0,6% menjadi $71,98 per barel pada pukul 7:50 pagi di Singapura.

Brent untuk penyelesaian bulan Maret ditutup 0,2% lebih tinggi pada $78,29 per barel pada hari Selasa. (knc)